Hai....
aku bermimpi tentang dikau taadi malam
bahkan dua hari yang lalu
ahh.. indah atau tidak mimpi itu
tapi aku mendadak merindukanmu
bagaimana Jogja?
Indah bukan?
aku ingin kesana, melihat negeriku jauh di luar jendela kamarku
aku ingin melihat dunia, bukan hanya dari tulisan
tapi juga berjalan dengan kakiku
bersamamu...
when I meet you, please remaind me ??!?
Sabtu, 31 Oktober 2015
Selasa, 20 Oktober 2015
Roura dan Edelweis
Dahulu kala hidup seorang peri cantik yang bernama Roura. Ia tinggal disebuah disebuah desa yang indah dengan ribuan peri lainnya, desa Faltar namanya. di desa itu terdapat lebih dari 250 peri yang tinggal. Desa itu indah sekali, tepat berada di kaki bukit, dengan sungai berair jernih mengelilingi desa. Tapi sayang, Roura yang malang, sayap indah yang dimilikinya patah dan rusak akibat kecelakaan yang menimpanya. Pada malam perayaan ulang tahun ketua peri, ia membawa semangkut besar sup ke meja hidangan, namun saat melewati altar seorang peri lain menabraknya hingga ia terjatuh ke ranting pohon, ketika mencoba bangkit tanpa ia sadari sayap indahnya tersangkut diranting yang mengering hingga akhirnya robek dan rusak.
Setelah semua peri mengetahui bahwa Roura tak lagi bisa terbang, ia pun diusir dari Faltar. Ia hidup sendirian di tengah hutan Vonvon yang lembab dan gelap. dalam hening ia menangis berlinang airmata. "mengapa ini harus terjadi padaku?, apa yang harus aku lakukan sekarang?." Ia terus mencari cara agar keluar dari penderitaannya. hingga pada suata malam yang dingin dan gelap ia mendengar suara deru napas kuda. "Oh, darimana asal suara ini?, bukankah ini seperti suara kuda yang sering dijadikan tunggangan oleh bangsa manusia?" ia dengan sangat hati-hati berjalan di antara semak belukar beerusaha menenukan sumber suara. Ia pun tersentak saat melihat seorang manusia tempan menunggang di atasnya.
"Siapa gerangan lelaki itu, untuk apa ia masuk kedalam hutan di tengah malam? dan mengapa ada darah di lengannya?." seketika juga tanpa disadari Roura berlari menuju lelaki asing itu, namun karena tubuhnya yang kecil lelaki asing tersebut tidak menyadari keberadaan Roura. Lelaki itu turun dari kudanya, meringis kesakitan karena luka di lengannya, dan berjalan tergontai melewati Roura yang masih berusaha memanggilnya.
To Be Continue
Setelah semua peri mengetahui bahwa Roura tak lagi bisa terbang, ia pun diusir dari Faltar. Ia hidup sendirian di tengah hutan Vonvon yang lembab dan gelap. dalam hening ia menangis berlinang airmata. "mengapa ini harus terjadi padaku?, apa yang harus aku lakukan sekarang?." Ia terus mencari cara agar keluar dari penderitaannya. hingga pada suata malam yang dingin dan gelap ia mendengar suara deru napas kuda. "Oh, darimana asal suara ini?, bukankah ini seperti suara kuda yang sering dijadikan tunggangan oleh bangsa manusia?" ia dengan sangat hati-hati berjalan di antara semak belukar beerusaha menenukan sumber suara. Ia pun tersentak saat melihat seorang manusia tempan menunggang di atasnya.
"Siapa gerangan lelaki itu, untuk apa ia masuk kedalam hutan di tengah malam? dan mengapa ada darah di lengannya?." seketika juga tanpa disadari Roura berlari menuju lelaki asing itu, namun karena tubuhnya yang kecil lelaki asing tersebut tidak menyadari keberadaan Roura. Lelaki itu turun dari kudanya, meringis kesakitan karena luka di lengannya, dan berjalan tergontai melewati Roura yang masih berusaha memanggilnya.
To Be Continue
Langganan:
Komentar (Atom)